Radio Larut Malam dan Tradisi Mendengarkan Bersama
Radio larut malam seringkali identik dengan kesendirian, tetapi ada pula tradisi mendengarkan bersama. Dahulu, sebelum era internet, keluarga atau sekelompok teman biasa berkumpul di ruang tamu, menyalakan radio, dan menikmati program malam. Momen itu menjadi waktu kebersamaan yang hangat, penuh cerita, serta tawa. Tidak jarang, orang tua memperkenalkan lagu-lagu lawas kepada anak-anak mereka melalui siaran malam. Generasi yang lebih muda belajar memahami nilai musik, kisah kehidupan, dan keindahan sastra dari radio. Kini, meski kebiasaan itu mulai jarang, tradisi mendengarkan bersama tetap hidup di beberapa komunitas. Radio malam diputar di kafe, warung, atau ruang istirahat kantor malam. Suara penyiar dan alunan musik menciptakan suasana akrab yang menghubungkan banyak orang. Tradisi ini menunjukkan bahwa radio malam mampu melampaui fungsi hiburan pribadi. Ia menjadi ruang sosial yang mempertemukan orang-orang dari latar berbeda dalam satu pengalaman mendengar. Di era digital, konsep mendengarkan bersama bisa hadir dalam bentuk virtual. Pendengar yang berbeda kota bahkan negara bisa saling terhubung melalui platform streaming, lalu berdiskusi bersama tentang program yang sedang berjalan. Tradisi mendengarkan radio larut malam memang mengalami perubahan bentuk, namun esensinya tetap sama: menghadirkan kebersamaan, keintiman, dan rasa saling terhubung.